Halooo…. We are Tominers!!!
Berbagi pengalaman mungkin bukan
kata terbaik untuk memulai apa yang sekarang sedang teman-teman baca. Tapi,
kami akan mencoba untuk berbagi cerita tentang apa saja yang kami alami selama
berada dalam program Kapal Pemuda Nusantara 2015.
Program KPN kali ini sedikit
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena tahun ini tidak hanya satu KRI
yang berlayar namun ada empat KRI dengan misi dan rute yang berbeda: KRI 990
(PMI), KRI 593 (Pelantara/Pramuka), KRI 591 (Ekspedisi Nusantara Jaya), dan KRI
520 (KPN/LNRPB). Namun begitu, keempat KRI bertemu diacara puncak di Parigi
Moutong, Sulawesi Tengah.
Yang juga sangat berbeda dengan
tahun sebelumnya adalah daerah singgah yang merupakan daerah terluar dan
terpencil, satu-satunya kota besar yang kami kunjungi adalah Ternate, Maluku
Utara. Pelayaran bermula dari Jakarta – Kota Baru – Siau – Melonguane – Ternate
– Parigi Moutong – Muna dan kembali ke Jakarta. Setiap daerah yang kami
singgahi merupakan tempat yang indah, dan tempat-tempat yang indah itu adalah
bagian dari Indonesia. Betapa mengagumkan keindahan yang dimiliki Indonesia.
Sambutan yang hangat selalu mengiringi kedatangan kami. Kota Baru, daerah
singgah pertama yang menurut kami sangat meriah dengan sambutannya. Setelah
melakukan audiensi bersama pemda setempat dan melakukan kegiatan tanam bakau,
kami disambut dengan bermacam-macam makan khas daerah dan cinderamata di Pantai
Gedambaan. Rasanya seperti menikmati makanan di bazaar ramadhan, bedanya di
Kota Baru kami menikmatinya secara GRATIS, sepuasnya!!!
Malam hari, 3 September 2015,
kapal lego jangkar di Pulau Siau. Seluruh peserta takjub dengan pemandangan
malam hari itu, terlihat Gunung Karangeta sedang mengeluarkan lava panas
kemerahan yang indah sekali pada saat itu. Menurut cerita warga setempat,
gunung tersebut memang selalu mengeluarkan lava panas setiap hari dalam
sepanjang tahun.
Pagi hari, 4 September 2015, KRI
Teluk Bintuni 520 bersandar di Tahuna. Keadaan laut yang asri dan jernih
membuat seluruh peserta terpukau. Dapat terlihat dasar lautan yang biru
sejernih safir. Seluruh peserta melakukan pawai bersama dengan rombongan
masyarakat yang melakukan penyambutan dan menuju ke tempat audiensi, kurang
lebih berjalan sejauh 3 km. Sesampainya di tempat audiensi kami bergerak
kembali menuju Aula Gedung Bupati untuk menerima pemaparan materi tentang
Tahuna.
Selanjutnya kami melakukan bersih
pantai dan mengecat tembok trotoar di sepanjang pantai. Esok harinya, seluruh
peserta melakukan pesiar kota dengan berekreasi ke pantai. Dan sore harinya,
kapal melanjutkan pelayaran menuju Melonguane.
Tiba di Melonguane pada pagi
hari, 6 September 2015. Rombongan KRI Teluk Bintuni 520 disambut dengan hangat
oleh masyarakat Talaud. Talaud adalah pulau terdepan Indonesia yang berhadapan
langsung den
gan Pulau Mindanao, Filipina. Di Talaud, seluruh peserta melakukan aksi tanam bakau bersama dengan Pemerintah Daerah setempat.
Setelah itu, seluruh
peserta kembali ke kapal dan mempersiapkan pagelaran seni budaya nusantara
untuk menyambut Pemerintah Daerah melakukan kunjungan ke KRI Teluk Bintuni 520
dan ikuti dengan Open Ship untuk masyarakat Talaud. Malam itu, pagelaran seni
budaya nusantara menampilkan bakat-bakat dari Talaud bersama-sama dengan
peserta dari beberapa provinsi, Kepulauan Riau termasuk dalam salah satunya. Talaud
adalah destinasi favorit kami!gan Pulau Mindanao, Filipina. Di Talaud, seluruh peserta melakukan aksi tanam bakau bersama dengan Pemerintah Daerah setempat.
Walau begitu, Ternate adalah
destinasi yang paling dinantikan. Karena, Ternate merupakan satu-satunya kota
besar yang ada dalam rute pelayaran Sail Tomini. Ketika itu dini hari, kapal
telah sandar di Pelabuhan Ternate. Tidak lagi di hangar heli, untuk pertama
kalinya dipagi hari, seluruh peserta melakukan lari pagi turun ke kota.
Menghirup udara segar di daratan bercampur harum musim durian.
Rombongan KRI Teluk Bintuni 520
disambut di Kedaton oleh Sultan Ternate. Disana, seluruh peserta berkesempatan
untuk mengetahui bagaimana sejarah ketika Kesultanan Ternate berjuang dikala
penjajah Potugis mulai memasuki wilayah Timur Indonesia.
Setelah itu, peserta diberikan
kesempatan untuk pesiar terpimpin. Beberapa memilih untuk pergi ke pusat
oleh-oleh, pasar tradisional, pasar batu akik, dan juga ke beberapa pusat
wisata. Namun, beberapa peserta juga memilih untuk pergi membeli persediaan
logistik. Pssst, kami turun dari KRI dengan tas kosong dan kembali dengan tas
penuh dan banyak tentengan! Terbayang sebanyak apa yang kami belanjakan di
Ternate? Kami bisa saja membuka kantin baru di KRI 520!
Selama 2 hari kapal singgah di
Ternate. Hingga akhirnya, kami melambaikan bendera merah putih sebagai peran
parade sebelum kami benar-benar bertolak menuju Parigi Moutong. Ternate, kota
seribu masjid. Megahnya kota ini karena kubah-kubah masjid yang begitu agung tidak
akan mudah untuk dilupakan.
Dini hari 16 September 2015, KRI
Teluk Bintuni memasuki perairan Teluk Tomini. Pagi hari tiba dan kapal tidak
dapat bersandar karena kondisi air laut yang sedang surut, sehingga seluruh
peserta menuju darat dengan menggunakan sekoci. Parigi Moutong, destinasi
dimana acara puncak Sail Tomini akan dilaksanakan. Waktunya “berlibur ke rumah
nenek”!
Selama home stay, beberapa
kegiatan lain yang kami lakukan adalah melakukan kelas inspirasi, mengikuti
paparan materi bela negara bersama-sama dengan pelajar SMA N 1 Pangi, mengikuti
gladi gabungan dalam rangka acara puncak Sail Tomini dan juga malam pagelaran
seni budaya di masing-masing desa tempat peserta tinggal. Satu yang tidak akan
kami lupakan, yaitu malam terakhir saat pesta kembang api dan pelepasan lampion
sebagai tanda perpisahan seluruh peserta dengan orang tua asuhnya.
19 September 2015, acara puncak
yang ditunggu akhirnya tiba. Pagi itu beberapa dari peserta KPN/LNRPB dari
masing-masing provinsi telah siap menjadi pagar ayu untuk menyambut kedatangan
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Acara puncak dibuka dengan Tarian
Tomene Tomini yang ditampilkan oleh 750 pelajar SD-SMP-SMA/K. Dilanjutkan
dengan Aksi Terjun Payung dan Parade Pesawat Tempur Sukoi oleh TNI AU, Parade
Gabungan Kapal Perang Indonesia – Australia – Malaysia – dan Singapore. Ditutup
dengan indah oleh paduan suara gabungan Darma Wanita Persatuan dan Ikatan
Pemuda Gereja Parigi Moutong. Sore hari, kami kembali ke kapal menggunakan
sekoci. Melakukan apel kelengkapan peserta hingga akhirnya KRI Teluk Bintuni
520 berlayar menuju destinasi terakhirnya, Pulau Muna.
Pagi hari, 21 September 2015,
keluarga besar KPN/LNRPB melakukan audiensi diatas kapal kebanggaan KRI Teluk
Bintuni 520 bersama Pemerintah Daerah Muna. Dalam sambutan yang disampaikan,
Bupati Muna memaparkan tentang proses pemekaran Pulau Muna dan juga
menyampaikan tentang sejarah layangan daun pertama di Asia Tenggara. Kemudian,
seluruh peserta berkesempatan untuk pesiar terpimpin bersama dengan masing-masing
kelompok dan pendampingnya. Sementara Dansatgas dan Panitia turun ke kota untuk
mencari hewan qurban, karena keluarga besar KPN/LNRPB akan merayakan Idul Adha
di atas kapal dalam perjalanan kembali ke Jakarta.
Kapal dijadwalkan bertolak pada
pukul 18.00 WITA, namun keberangkatan tertunda karena Open Ship pada hari itu
berlangsung hingga malam pukul 21.00 WITA. Antusiasme masyarakat Muna sangat
luar biasa, kebahagian sederhana muncul karena berkesempatan menginjakkan kaki
di atas kapal kebanggaan KRI Teluk Bintuni 520. Hal ini mengingatkan kami bahwa
tidak semua orang memiliki kesempatan luar biasa untuk mengarungi laut
Indonesia dengan bangga diatas KRI Teluk Bintuni 520.
Dengan sisa waktu 4 hari, seluruh
peserta yang telah terbagi atas 8 kelompok besar proyek proposal; eco-tourism,
kewirausahaan, bela negara, leadership, seni budaya, volunteer and education,
IT and media support, dan budidaya – melakukan penyelesaian akhir untuk
mempresentasikan hasil diskusi proyek sesuai dengan bidang masing-masing.
23 September 2015, seluruh
peserta diberikan tugas untuk membuat booth provinsi masing-masing yang
berisikan informasi khusus menyangkut provinsi yang diwakilinya dalam rangka
kegiatan “Keliling Indonesia”. Dengan mengenakan pakaian adat provinsi, perwakilan
tiap provinsi dan negara-negara ASEAN memberikan yang terbaik dari daerah yang
diwakilinya.
Dalam pelayaran kembali ke
Jakarta, tepat pada tanggal 24 September, seluruh keluarga besar KPN/LNRPB
merayakan Hari Raya Idul Adha di Laut Jawa. Ada rasa bahagia dan sedih dalam
hati, karena bisa berkesempatan melewati momen bersama keluarga baru namun juga
harus berjauhan dengan keluarga yang sesungguhnya. Dibalik itu semua, hal ini
adalah pengalaman yang luar biasa.
Tepat pada 25 September 2015,
kapal bersandar kembali di Jakarta International Container Terminal 2, Tanjung
Priok. Sore itu kami dilepas dengan upacara pelepasan peserta oleh Deputi
Bidang Pemuda dan Olahraga. Itu menjadi kali terakhir seluruh peserta KPN/LNRPB
menginjakkan kaki di hangar heli KRI Teluk Bintuni 520.
Sail Tomini….. Kanakutora
Ihuuuuyyyy!
No comments:
Post a Comment