Aisya Widya Melati - Perjalanan Program Virtual.

 


Disclaimer: Ini bukan sebuah cerita motivasi, melainkan hanya gambaran perjalanan yang dialami dan diceritakan dari satu perspektif.

 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ini sedikit cerita perjalanan saya, Aisya Widya Melati untuk program Indonesia Korea Youth Exchange Program 2021 sebagai perwakilan Provinsi Kepulauan Riau.

 

Besar rasa syukur saya ucapkan saat terpilih menjadi delegasi PPAN Kepri dalam program Indonesia Korea Youth Exchange Program, yang sudah menjadi mimpi saya sejak 2016 akhirnya terjawab di masa pandemi covid-19. Saya tidak pernah tau bentuk baru program ini, program ‘virtual’. Yang saya bayangkan pergi ke luar negeri, sama persis yang senior-senior ceritakan. Tapi takdir berkata lain. Keputusan dari Kementrian menetapkan tidak akan ada perjalanan ke Korea, melainkan delegasi Indonesia akan dikumpulkan di Jakarta, namun program ini akan dilangsungkan secara virtual. Durasi pun dipersingkat dari 2 minggu menjadi 3 hari. Saja.

 

Hari demi hari saya jalani dengan semangat, persiapan demi persiapan, pelatihan demi pelatihan. Hanya kurang dari 1 bulan persiapan saya menuju hari keberangkatan. Ya, memang semepet itu. Pelatihan provinsi dan nasional pun kadang harus bergeser waktu agar tidak bertabrakan. Shout out to Krisna, partner satu-satunya, delegasi SIYLEP 2021, teman seperjuangan melewati pahit, manis pelatihan yang cukup singkat, 4 kali pertemuan saja. Tak lupa 17 delegasi lainnya dari hampir seluruh provinsi Indonesia yang berinisiatif dan bersemangat tinggi untuk segera berkumpul dan mengumpulkan personil IKYEP 2021 walaupun belum ada arahan dan tugas apa-apa.

 

Pre Departure Training (selanjutnya disebut PDT) nasional pun dijalankan dengan waktu yang cukup random karena menyesuaikan jadwal dengan teman-teman delegasi korea. Serangkaian tugas essay, mengumpulkan video, rapat rencana presentasi dan cultural performance online, busana formal (A1) serta pembuatan dan penyebaran proposal sponsor dilakukan dengan waktu yang sangat sangat singkat. Ditengah hiruk pikuk persiapan, tiba-tiba teman delegasi dari Banten digantikan begitu saja, tanpa ada penjelasan yang jelas dalam waktu yang cukup singkat menuju hari keberangkatan. Kejadian ini cukup memukul kami semua yang sudah merasa dekat seperti keluarga sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi? We never know.

 

Dengan dukungan orang tua dan teman-teman, kami tetap maju, show must go on. Terutama perihal dana yang perlu dicari dari sponsor, karena harus diakui bahwa tidak semua provinsi memberikan pendanaan untuk delegasinya, termasuk Kepri. Belum lagi informasi bahwa Kemenpora juga tidak memberikan pendanaan untuk peralatan dan keperluan lain kecuali transportasi dan uang harian. Yang mana, lagi-lagi kenyataan mencoba mencolek saya karna berbeda dengan senior-senior angkatan sebelumnya.

 

Hari ini tiket pesawat dibagikan. Kurang dari 2 hari kami harus berangkat ke Jakarta, perwakilan Kemenpora mengatakan bahwa “...delegasi yang akan melakukan perjalanan ke jakarta wajib sudah vaksin setidaknya dosis 1 dan harus tes PCR yang dapat keluar dalam waktu 1x24jam, tapi biaya yang di cover hanya 800ribu...”, kurang lebih seperti itu. Memang menyedihkannya saat itu kasus Covid-19 sedang naik tinggi di Jakarta, sedang PPKM pertama pula. Himbauan untuk vaksin pun belum lama dilaksanakan sehingga hampir seluruh delegasi belum melakukannya. Terpontang-panting kami mencari vaksin dan PCR, bahkan ada yang sampai ke luar kota. Di area timur, hampir semua teman-teman melaporkan tidak ada vaksin yang 1x24 jam di bawah harga satu juta. Syukurnya, pihak Kemenpora membolehkan kami untuk mengambil harga diatas itu selama mendapatkan tes PCR-nya. H-1 yang sangat semrawut, bolak-balik, telfon sana-sini. Saya pribadipun masih fitting untuk meminjam baju batik di Dekranasda. Tak lama sekitar siang hari, Kemenpora meminta untuk zoom meeting secara mendadak, dan disitulah perasaan saya mulai tidak enak.

 

“...Karena alasan PPKM dan tidak boleh ada yang berkumpul dalam satu ruangan, rogram IKYEP dilaksanakan dari rumah masing-masing dan tidak jadi di Jakarta...”

Ya, tiket kami ditarik kembali dalam waku kurang dari 24 jam.

 

Bagai petir yang ntah dari mana menyambar, saya yang sedang memilih baju pun langsung tidak bersemangat, segera pulang, mengambil hasil PCR yang tidak ada gunanya lagi, membuka laptop dan bertemu dengan teman-teman via zoom. Menangis. Saking syoknya, hanya suara tangisan yang bisa didengar satu sama lain. Arahan Kemenpora saat ini adalah mencari hotel dengan budget yang sudah disesuaikan, lakukan pembayaran dan akan di reimburse segera. Uang makan juga sudah disiapkan. Tapi apa daya? Jangankan cari hotel, berpikir jernih untuk menyadarkan diri saja cukup sulit untuk kami semua. Bertanya ke pusat, apakah ada hal lain yang bisa mengganti atau menjadi edit value kami yang lain? Tidak ada, katanya.

 

Langsung pada malam itu usaha kami lakukan, mengundang Kemenpora, organisasi alumni IKYEP itu sendiri dan PCMI seluruh Indonesia demi mencari solusi, jalan tengah, terutama kondisi teman-teman yang sudah keburu ke luar kota, menyeberang pulau menuju bandara keberangkatan, namun alhasil mereka pulang kembali, karena nasib tidak ada gunanya di bandara. Kesimpulan dari rapat yang dihadiri lebih dari 1000 parsipan tersebut tidak berbuah baik, sudah dipastikan seragam A1, oleh-oleh, dan peralatan tampil lainnya yang sudah tiba di jakarta lebih dahulu tidak ada gunanya. Selebihnya hanya janji untuk ‘mengusahakan’ mengumpulkan kami saat Post Program Activity saja yang kami ingat sampai saat ini, yang mana belum terlihat rencana realisasinya.

 

Mencoba melupakan sejenak adalah usaha terbaik yang dapat saya lakukan bersama teman-teman. Karena ada hal lain yang harus dicari solusinya yaitu penampilan dirombak secara online dan direkam dari rumah masing-masing. Berbagai upaya dilakukan untuk saling menguatkan menghadapi kenyataan bahwa saat itu kita belum mendapat rejeki untuk bertemu.

 

Program dilaksanakan, 1 hari untuk gladi resik dan pemilihan Youth Leader (YL) dan Assistant Youth Leader (AYL), dan 1 hari lainnya untuk inagurasi, penyambutan delegasi serta pembukaan program. YL IKYEP 2021 merupakan delegasi dari DKI Jakarta, dan puji syukur saya diamanahkan sebagai AYL yang ternyata tantangannya cukup sulit dan baru karena semua kegiatan terlaksana secara online.

Selama 3 hari berikutnya program inti dilakukan. Diskusi dengan delegasi dari Korea dengan bantuan intepreter tentang beberapa tema yang telah ditentukan, mempresentasikan hasilnya, tak lupa saling belajar budaya masing-masing dan memberi kesan pesan di akhir program. Setelah itu penutupan dan evaluasi diberikan, plus apresiasi dan halal-bihalal mini antara delegasi dan panitia demi saling berterima kasih dan memohon maaf apabila ada perbuatan dan kata-kata yang menyinggung.



 






Dari panitia dan delegasi Korea kami belajar tentang profesionalisme serta menghargai waktu dan manusia. Dengan perbedaan waktu 2 jam, semua program dilaksanakan sesuai rundown dan sangat sangat tepat waktu. Namun toleransi tetap diberikan kepada delegasi indonesia yang memiliki 3 waktu yang berbeda untuk beribadah. Selain itu, panitia korea sangat canggih dan profesional dalam menyiapkan teknis acara. Karena keterbatasan bahasa, bisa dibilang komunikasi kurang efektif untuk dilakukan terutama saat diskusi, namun seiring berjalannya waktu dan mencairnya suasana antar delegasi Indonesia dan Korea, semua itu dapat teratasi. Ada satu rundown, yaitu penampilan cultural performance Indonesia yang melebihi durasi rundown, namun pihak Korea sangat menghargai usaha teman-teman dan memberikan waktu ekstra untuk menyaksikan penampilan hingga selesai.

 

Tak terasa program berlalu, sangat tidak terasa. Untuk mengingat setiap detail acara pun juga sulit karena memang tidak ada yang terlalu berkesan di hati. Kecuali perjuangan kami satu delegasi untuk melewati badai topan selama ini. Keluarga kedua saya yang kecil, dari sabang sampai merauke, semoga ada umur saya untuk bertemu satu-satu dari kalian semua, semoga ada kesempatan kita untuk berkumpul lengkap ber-18.

 

Akhir kata, IKYEP 2021 telah tumbuh jauh lebih kuat dan erat. Walaupun selesai program keadaan kami yaa tidak punya uang, boncos karena banyak perintilan yang sudah dipersiapkan namun hanya sia-sia. Kalau penasaran, apakah uang hariannya balik modal? Hehe, tidak. Masih harus memutar balik otak untuk mencari cara mempertanggungjawabkan sponsor yang sudah dijanjikan di Jakarta. Jangan heran juga kalau semua dokumentasinya screenshoot-an, namanya juga virtual. Intinya, ekspektasi tak selalu sesuai dengan realita, kadang ada kenyataan lain diluar rencana, baik pahit atau manis, yang harus diterima.

 

Lower your expectations when it comes to online programs. IT IS Different from the beginning and will never be the same.

 

Sekali lagi, terima kasih kepada:

 

Kemenpora dan Dispora atas kesempatan yang telah diberikan.

Terima kasih kepada Ministry of Gender Equality and Family (MOGEF) sebagai partner negara yang luar biasa.

Panitia program, Aikuna, serta PCMI atas bimbingan dan dukungan dari sebelum, saat dan setelah program.

Teman-teman delegasi IKYEP 2021 atas semangat yang selalu membara.

Orang tua yang mendoakan dan mendukung tak henti-hentinya.

Last but not least, kepada diri ini yang sudah mampu bertahan, melewati, belajar dan memahami dari segala proses yang terjadi.

-Dari IKYEP 2021 yang masih terus mencari hikmah di balik semua ini-

                                                                                               


PCMI Kepri

No comments:

Post a Comment