Singapura yang Kini jadi Berbeda

“Tanahku yang kucintai, Engkau kuhargai....” 

Tidak pernah terbayang sebelumnya, menyanyikan lagu Tanah Airku di Singapura bersama 34 delegasi Indonesia akan menjadi sentimentil, penuh haru dan linangan air mata. Impian yang selama ini tertumpuk oleh mimpi-mimpi baru, muncul kembali kepermukaan, tegas hadirnya bersama dengan semangat menjadi perwakilan Indonesia. Mimpi itu tidak pernah padam, dia tetap hadir di sana, menunggu waktunya tiba untuk menjadi nyata. 
Perjuangan yang tidak mudah sebelum keberangkatan menjadi pengalaman tersendiri. meminjam istilah para senior "once in life time". Maka, perjalanan mengikuti pertukaran pemuda ini sudah tertanam di core memory saya, menjadi kenangan dan pengalaman hidup yang tidak akan terlupakan.
Tulisan ini saya haturkan sebagai tanda terimakasih kepada Bapak/Ibu Dispora Kepri, abang dan kakak PCMI Kepri yang sudah memberikan kesempatan, serta kepada keluarga dan teman-teman yang telah membersamai proses saya untuk mengikuti PPAN. 
Hari pertama saya mengikuti seleksi PPAN, memakai name tag  dan nomer peserta seleksi saja sudah menyenangkan, kalaupun saya lolos selekasi, maka ke negara manapun saya akan terima-terima saja, begitu kata hati kecil saya. Siapa sangka ternyata ditakdirkan lolos seleksi dan mengikuti program PPAN untuk Singapore Indonesia Youth Leaders Exchange Programme (SIYLEP). Sebagai delegasi terdekat dari Singapura dan lahir di Batam, saya tidak begitu silau dengan negara tetangga pada saat itu.


Kemudian saya disadarkan oleh satu nasihat dari senior PCMI Kepri ketika kami melaksanakan PDT Provinsi untuk pertama kalinya, kalimat senior itu masih saya ingat dan saya beri highlight hingga sekarang, beliau sampaikan bahwa mungkin dengan uang Rp. 1,000,000; saya bisa dengan mudahnya pergi ke Singapura, tapi pengalaman PPAN ini tidak pernah bisa saya tukar dengan perhitungan angka tadi. Saya bersyukur menjadi bagian dari keluarga SIYLEP 2023. Jika bukan takdir ini, tentu saya tidak akan bertemu teman-teman delegasi dari seluruh Indonesia yang sudah menjadi keluarga baru untuk saya.

Perjalanan SIYLEP 2023 dimulai dengan Pre-Depature Training selamat 3 hari di Hotel Ciputra Jakarta. Sebelum kami di kukuhkan menjadi delegasi Indonesia, Kemenpora Bersama panitia membekali kami dengan ilmu-ilmu yang akan dibutuhkan ketika nanti menjalani program selama di Singapura.


Foto setelah mengingkuti kelas public speaking Bersama seluruh peserta PDT SIYLEP 2023

Setelah inaugurasi selesai sekitar pukul 21.00 WIB, seluruh delegasi SIYLEP langsung berangkat menuju bandara untuk kemudian boarding di jam 02.00 WIB. Perjalanan menuju Singapura kali ini dengan transit di Malaysia kemudian menuju Singapura. 

Hari Pertama dimulai pada pukul 08.30 SGT dimana seluruh delegasi diberangkatkan dari Hotel Furama Riverfront menuju lokasi kegiatan, yaitu Learning Hub Red Box, yang merupakan kantor dari organisasi Youth Corps Singapore. Red Box adalah tempat di mana para pemuda dapat berkumpul untuk mempelajari keterampilan baru, terhubung satu sama lain, dan berbuat baik bersama. Pukul 09.00 SGT semua delegasi memulai kegiatan dengan membentuk kelompok diskusi kecil, dimulai dengan introduction sesi pembahasan “Building Capabilities of Youth Leaders in Volunteers Development”. Sebelum dimulai sesi hari ini, para delegasi diberi dorongan materi pembuka melalui ice breaking yang berisi diskusi kecil dengan 3 orang yang berbeda pada setiap sub-topik ice breaking.


            Class of SIYLEP 2023

Sesi dilanjutkan dengan penyampaian materi dari Mr Ong Kah Kuang selaku Executive Director, Youth Corps Singapore, National Youth Council, dan Ms Ailun Xu selaku Senior Assistant Director, SGCares Office, tentang Landscape Volunteerism dan Aktivitas Volunteerism yang telah dilakukan di Singapura. Materi-materi ini memberikan perspektif baru serta gambaran yang sangat menarik mengenai bagaimana kegiatan kesukarelawanan dilakukan di Singapura.





Hari ketiga diawali dengan mengunjungi Bird Paradise dan belajar mengenai volunteerism dalam bidang konservasi, para delegasi mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan langsung cerita pengalaman para volunteer di sana. Kunjungan dimulai pukul 09.00 waktu Singapura hingga pukul 14.00. Setelah kunjungan tersebut, seluruh peserta kembali ke Hotel untuk bersiap-siap mengikuti panel Session dengan tema “Volunteering in the 21st Century” yang disampaikan oleh Mr. Yap Heng Kwee (Deputy CEO, Empact) dan Ms. Francesca Phoebe Wah (Founder and Board Chairman, BLESS). Keduanya membahas tentang tantangan dan keadaan volunteering di abad ke 21. Sedikit banyak bercerita tentang latar belakang Empact dan BLESS. Di mana Empact hadir sebagai capacity builder, yang berperan sebagai perantara dengan menjembatani kesenjangan antar lembaga pemerintah, pemberi hibah, korporasi, dan relawan, dengan sektor sosial. Dan BLESS (Bringing Love to Every Single Soul) adalah Organisasi Non-profit yang berfokus pada komunitas, dengan mengembangkan kapasitas masyarakat melalui pelibatan, pengayaan, dan pemberdayaan keluarga untuk menciptakan dampak positif bagi kehidupan mereka.


Berfoto setelah menyaksikan pertunjukan burung di Bird Paradise

Selanjutnya keesokan harinya kami melakukan program social Bersama dengan Project Hills di Singapura. Komunitas social ini lahir di pusat Queenstown, Singapura, pada awal pandemi Covid-19 tahun 2020. Dimulai dari kelompok kecil yang bahkan kurang dari 10 orang, kemudian berkembang dari kelompok kecil menjadi kumpulan sukarelawan yang berasal dari berbagai latar belakang profesi, keahlian, etnis, dan lain-lain. Project Hills terus tembuh dari yang awalnya menghidupi 17 keluarga dengan mensuplai sembako hingga saat ini memberikan berbagai jenis bentuk dukungan untuk lebih banyak lagi keluarga yang tinggal di public rental housing di Singapura, seperti Mei Ling Street, Stirling Road, dan Kim Tian Place.


Program ini dipimpin langsung oleh Zulayqha Zulkifli sebagai Co-Founder, Project Hills yang juga merupakan alumni SIYLEP 2022. Agenda pertama diawali dengan Queenstown Heritage Trail di mana para delegasi diajak berkeliling the first HDB Flats dan beberapa public rental housing di Singapura. Para delegasi menyaksikan langsung kehidupan masyarakat dan lingkungan di area tersebut yang tampak signifikan jika dibandingkan dengan private flat atau kondominium dan apartemen yang berada di sekeliling rental flats. Setelah itu, para delegasi mengunjungi Community Center (CC) yang merupakan pusat kegiatan kemasyarakatan dan kesukarelawanan yang tersebar di beberapa daerah di Singapura. Kemudian, para delegasi beranjak ke Masjid Al-Muhajidin untuk belajar mengenai volunteerism system kepada pengelola masjid. Sebagai informasi Masjid Mujahidin adalah masjid kedua yang didesain oleh Housing and Development Board (HDB) di bawah the Mosque Building Fund (MBF).


Setelah dari Masjid Mujahidin, para delegasi kembali ke titik temu untuk memulai kegiatan kerelawanan yakni Berbagi ±900 paket daging kurban kepada penghuni public rental flats. Para delegasi dibagi menjadi 3 (tiga) tim yang dipetakan ke tiga area pendistribusian. Selama kegiatan berlangsung, banyak hal yang dipelajari baik mengenai pengelolaan kegiatan kerelawanan tersebut, mengelola rasa kecewa karena penolakan dari para residen yang enggan menerima paket, mengelola rasa haru dan senang saat berdialog langsung dengan orang-orang yang tinggal disana dan mendengarkan secara langsung cerita kehidupan mereka.


Kegiatan ini bagi saya pribadi, seperti melihat Singapura dari sisi lain, ketika kami mengetuk pintu dan mereka menerima bantuan daging kurban, disaat itu saya hampir lupa kalau saya sedang di Negara dengan segala gemerlapnya. Bahwa masih ada sisi gelap lain dari Singapura, sebagai pemuda generasi penerus bangsa, yang terpenting ada bagaimana menciptakan perubahan kebaikan setiap harinya. Semoga niat baik kita untuk Indonesia 2045 akan dimudahkan prosesnya.

Hari terakhir, kami tutup dengan cultural performance oleh delegasi Singapura dan Indonesia, saya sendiri mengenakan baju adat melayu dan menampilkan tarian soleram yang sudah dimodifikasi Bersama dengan teman-teman dari provinsi lainnya. Penutupan kegiatan malam itu kami mulai dengan memberikan testimoni Bersama apa yang sudah kami dapatkan selama program ini berlangsung, bagi saya kegiatan yang hanya lima hari ini tentu sangatlah singkat, tentunya masih banyak yang ingin kami eksplor besama, banyak diskusi yang ingin kami lakukan namun karena keterbatasan waktu sehingga kami harus segera merangkum hasil dari apa yang sudah kami dapatkan. Semoga tahun selanjutnya akan diberikan waktu lebih banyak lagi untuk fase Singapura maupun fase Indonesia.

Malam itu dihadiri juga oleh perwakilan KBRI Singapura dan juga alumni program SIYLEP utk delegasi Singapura dan beberapa program lainnya di bawah Kemenpora dan NYC. Hadir juga beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah dan bekerja di Singapura. Kami jadikan malam itu sebagai malam utk berjejaring dengan tamu undangan yang hadir dan setelah selesai berdiskusi dan menyapa tamu-tamu yang hadir, kami putuskan untuk menutup malam itu Bersama hingga tengah malam di Kawasan merlion dengan mata sembab karena kami menangis merasakan kebersamaan yang sangat indah dalam waktu lima hari tersebut. Kenangan yang tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun. Setelahnya kami baru paham apa itu program sick dan nyata adanya :")

Cultural performance, menarikan lagu soleram dari Riau

Seluruh delegasi Indonesia Bersama perwakilan KBRI Singapura, NYC Singapura dan HoD SIYLEP 2023

Penyerahan sertifikan oleh Mr. David dari NYC Singapura.

Momen haru lainnya, saat perpisahan Bersama delegasi SIYLEP 2023

Foto Bersama seluruh Delegasi SIYLEP 2023

Makan malam dan networking di hari terakhir Bersama NYC dan delegasi Singapura


Sekian sharing dari saya, semoga Dispora dan PCMI Kepri selalu jaya. Siap untuk mengirimkan lebih banyak delegasi pertukaran pemuda yang akan membawa manfaat bagi nusa dan bangsa. Terimakasih sudah berkenan membaca.


Salam hangat,

Fida Afifah Rahmah





































PCMI Kepri

No comments:

Post a Comment